Selasa, 08 November 2011

Legenda Batu Gantung

Pada jaman dahulu kala, masyarakat suku batak masih mempercayai dan sangat menyakini bahwa suatu tempat – tempat tertentu masih memiliki kekuatan gaib, bahkan, ada kalanya tempat – tempat tersebut dapat mencelakakan seseorang apabila orang tersebut melintasi daerah yang masih dianggap sebagai Parsombaonan ( daerah angker/berbahaya dan keramat-red).

Daerah – daerah yang dianggap keramat itu, mungkin tidak hanya berada didaerah tanah batak saja, akan tetapi di daerah – daerah lainpun diyakini masih ada. Salah satu tempat yang dianggap keramat di Tanah Batak adalah “ BATU GANTUNG “ yang terletak di kawasan wisata Danau Toba, kota turis Parapat, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Batu Gantung ini berada di tepian air Danau Toba, arah sebelah timur laut persis dibawah jalan lintas Sumatera menuju Kota Parapat apabila kita datang dari arah kota Pematang Siantar, dan dapat dilihat dengan jelas di arah tebing yang curam dan jelas menggangtung pada suatu dinding lereng batu terjal, tampa suatu ikatan dan seakan akan bukan merupakan bagian dari lereng gunung tersebut.

Bahkan , tebingnya condong dan dapat terlihat dengan jelas dari atas kapal yang dapat disewa dari kota Parapat dan kapal ini hanya dapat melintas dan berputar sekali saja di dekat pinggiran danau tersebut.

Bagi masyarakat batak, batu gantung bukan hanya sebatas seonggak batu besar yang seolah – olah menggantung begitu saja pada salah satu sisi dinding bukit di pinggiran danau toba, konon dibalik keberadaannya, batu gantung ini terdapat kisah sedih tentang perjodohan muda – mudi suku batak kala itu dan masih dianggap keramat sampai saat ini.

Alangkah indahnya pemandangan ini dapat dinikmati apabila kapal yang melintasi daerah tersebut dapat bersandar hanya sekitar 30 menit saja guna memudahkan orang – orang terutama para wisatawan yang melihat dari dekat batu gantung ini, memang sudah seharusnya pihak yang peduli tentang wisata danau toba untuk membangun pasilitas dermaga kecil disekitar daerah batu gantung ini seperti dermaga terapung.Pasilitas tersebut diyakini akan mampu untuk meningkatkan minat para wisatawan untuk datang kekawasan wisata danau toba yang pada akhirnya ikut mendongkrak pendapatan masyarakat sekitar.

Batu Gantung merupakan objek wisata yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Sumatera Utara, bahkan tempat tujuan wisata ini berikut beragam legendanya yang melatarbelakangi munculnya Batu Gantung selama ini sudah cukup banyak diketahui oleh masyarakat luas.

Keingintahuan orang tentang kepopuleran dan keajaipan Batu Gantung ini terbukti dengan banyaknya orang yang mengunjungi kota turis Parapat setiap hari dan akan menyempatkan diri untuk melihat dari dekat bahkan menjadi salah satu tempat spesifik untuk berpoto sebagai kenang kenangan.Untuk menuju daerah Batu Gantung penumpang dapat naik kapal yang banyak tersedia di kota Parapat, untuk menjangkau lokasi tersebut cukup dibutuhkan waktu sekitar 30 menit saja..

Terjadinya batu gantung yang konon menurut cerita/legenda dari masyarakat suku batak adalah berawal dari salah satu desa perkampungan penduduk yang berada disekitar pinggiran danau toba yaitu “ HUTA SIBAGANDING “ yang tidak jauh jaraknya dari kota Parapat.

Di desa ini, konon hidup salah satu keluarga yang sehari – harinya bekerja sebagai nelayan, keluarga ini memiliki seorang putri tunggal yang sangat cantik nan jelita dan memiliki rambut panjang sampai kelutut kaki, kecantikan wanita ini sampai – sampai tidak ada yang menandingi disekitar perkampungannya.

Setelah dewasa, sang putri nan jelita ini menjadi rebutan para pemuda keturunan kerajaan dari kampung tetangga, bahkan banyak diantara mereka berhasrat untuk dapat mempersunting sang putri untuk dijadikan sebagai permaisuri kerajaan.Tampa sepengetahuan putri yang cantik dan rupawan ini, kedua orang tuanya ternyata telah menjodohkan anak satu – satunya ini dengan seseorang lelaki sekampungnya dan masih ada hubungan kekeluargaan.

Mengetahui perjodohan ini, sang putripun mulai merasa gelisah bercampur bingung, pada suatu hari, orang tua sigadis meminta kepada putri kesayangannya itu agar mau dijodohkan dengan lelaki pilihan ayahandanya, alangkah terkejutnya sang putri mendengar perkataan orang tuanya itu, karena ia tidak mencintai laki – laki yang dijodohkan itu, namun orang tuanya tetap memaksa dan bersikeras untuk menjodohkan putrinya itu tampa memikirkan perasaan buah hatinya itu.

Dengan perasaan sedih dan bingung, si gadis berparas cantik ini akhirnya pergi menyingkir kehutan yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka dan diikuti dengan seekor anjing piaraannya..Beberapa saat kemudian, orang tua si gadis yang baru saja pulang dari menangkap ikan di danau Toba, sangat terkejut karena ia tidak menjumpai putrinya itu berada dirumahnya lagi.Orang tua si gadis itupun kemudian mendatangi rumah – rumah tetangganya utnuk menayakan apakah mereka mengetahui dimana keberadaan putri kesayangannya itu.

Suasana semakin heboh di perkampungan ini, karena tidak seseorangpun warga dikampung itu yang mengetahui dimana keberadaan sang putri tersebut..Matahari sudah mulai tenggelam di ufuk barat, menandakan malam akan segera tiba, putri satu – satunya itupun belum juga kembali kerumah orang tuanya sehingga warga sekampung memutuskan untuk mencarinya bersama – sama.

Dalam suasana gelap, hanya dengan bermodalkan obor yang terbuat dari bambu, warga sekampung terus berupaya untuk mencari sang gadis sampai ke dalam hutan di sekitar perkampungan mereka, namun upaya upaya warga inipun tidak membuahkan hasil, ternyata si gadis mengetahui adanya sejumlah warga sekampungnya sedang mencari – cari dirinya. Mendengar suara – suara warga yang sedang sibuk melakukan pencarian, sang gadispun terus pergi menjauh sampai menuju pinggiran Danau Toba.

Karena sudah terasa terjepit dan rasa takut yang mendalam, tampa pikir panjang gadis cantik dan jelita inipun melompat dari atas tebing kedanau yang disusul dengan anjingnya, saat melompat kedanau itu, rambutnya yang panjang dan hitam tersangkut pada lereng terjal dan tergantung yang akhirnya menjelma menjadi batu, sehingga sampai saat ini dinamai “ BATU GANTUNG “ dan demikian juga dengan anjingnya ikut tersangkut yang kemudian berubah menjadi batu pula persis berada di sebelah kiri sang putri.

(erlin hasibuan/dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Baca

Pengikut