Selasa, 11 Januari 2011

Penulisan Makalah

A. Penulisan Makalah

1. Hakikat dan Macam Makalah

Apakah makalah itu?

Makalah adalah tulisan ilmiah yang membahas pokok masalah tertentu. Makalah lazimnya disusun untuk disajikan dalam pertemuan formal tertentu (misal:seminar), atau untuk diterbitkan dalam jurnal atau majalah ilmiah tertentu.Sebagai tulisan ilmiah, makalah mempergunakan proses berpikir ilmiah dalam pembahasan pokok masalahnya, sungguhpun tidak semua langkah berpikir ilmiah terdapat pada makalah tersebut.

Proses berpikir ilmiah terdiri atas (1) identifikasi masalah, (2) pembatasan masalah, (3) penyusunan hipotesis, (4) pengujian hipotesis, dan (5) penarikan simpulan. Kelima proses berpikir ilmiah tersebut nanti akan diuraikan penempatan dan penggunaannya dalam sistematika makalah.

Dilihat dari cara berpikir, makalah dapat dibedakan menjadi dua macam : makalah hasil berpikir deduktif dan makalah hasil berpikir induktif. Makalah hasil berpikir deduktif membahas masalah atas dasar kajian teori tertentu. Dengan kata lain makalah jenis ini menerapkan teori tertentu untuk memecahkan masalah yang dipilihnya. Jika Anda menulis makalah jenis ini, maka Anda harus berangkat dari teori tertentu dan menerapkan dalam pembahasan masalah. Contoh :

Ada teori pembelajaran bahasa yang mengatakan bahwa peniruan atau imitasi merupakah faktor kuat dalam proses pembelajaran bahasa. Terori terserbut dikemukakan oleh kaum behavioristik. Kemudian dalam penulisan makalah Anda menggunakan teori ini untuk membahas masalah pengefektifan pembelajaran bahasa dengan penyajian contoh-contoh ekspresi bahasa. Anda berpendapat bahwa contoh ekspresi bahasa yang disajikan pada siswa akan dapat mengefektifkan hasil pembelajaran, yaitu siswa akan mampu bertutur seperti yang dicontohkan.

Hal itu berbeda dengan makalah hasil berpikir induktif. Makalah jenis ini membahas masalah dengan menyajikan deskripsi gejala, fakta dan data dari pengamatan di lapangan. Gejala fakta dan data tersebut diperbincangkan sesuai masalah yang dipilih, kemudian disimpulkan. Simpulan itu kemudian dibandingkan dengan teori yang relevan. Jadi makalah induktif diawali oleh pengamatan empiris, pembahasan hasil pengamatan, penarikan simpulan, dilanjutkan dengan pembandingan dengan teori yang relevan.

Contoh : Dari pengalaman proses belajar mengajar di kelas, Anda mencatat bahwa pujian yang Anda berikan kepada siswa atas belajar mereka ternyata mengubah perilaku dan sikap mereka terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Siswa lebih antusias dan semangat dalam belajar bahasa Indonesia dan akhirnya hasil belajar pun semakin meningkat. Segala data, fakta, dan gejala yang berkaitan dengan pemberian pujian dan segala akibatnya anda catat. Kemudian dalam penulisan makalah Anda menggunakan data, fakta tersebut untuk membahas pengefektifan pengajaran bahasa Indonesia dengan pemberian pujia. Anda berkesimpulan bahwa pujian dapat meningkatkan efektifias pembelajaran bahasa. Simpulan itu kemudian diperbandingkan (baca : didiskusikan) dengan teori pembelajaran yang mengatakan bahwa pemberian pujian diperlukan untuk meningkatkan kemahiran bahasa si pembelajar.

2. Proses Penulisan Makalah

Proses penulisan makalah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga tahap. Tahap pertama ialah tahap prapenulisan yang terdiri atas langkah (1) penulisan dan pembatasan topik, (2) perumusan judul, (3) perumusan tesis, (4) penyusunan kerangka atau outline. Tahap kedua adalah tahap penulisan, yaitu langkah pengembangan kerangka menjadi tulisan atau makalah. Hakikat tahap ini adalah mengembangkan gagasan yang ada dalam kerangka menjadi paragraf-paragraf yang didukung oleh kalimat-kalimat efektif. Tahap ketiga adalah tahap revisi, yaitu berupa kegiatan penyuntingan baik isi, sistematika, maupun bahasa.

a. Tahap Prapenulisan

1) Pemilihan Topik

Pertanyaan awal yang dihadapi oleh penulis makalah adalah, “Apa yang akan ditulis?” Pertanyaan itu sesungguhnya mengantar kita pada pemilihan topik. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber. Fakta atau pengalaman yang Anda temukan dari kegiatan magang di kantor merupakan sumber topik yang subur. Begitu juga buku-buku atau pustaka yang Anda baca dapat menjadi sumber topik. Singkatnya, topik makalah dapat dipilih dan ditentukan dari manapun.

Meskipun demikian, topik yang dipilih harus memenuhi kriteria keterkuasaian, kemenarikan, ketersediaan bahan, dan kemanfaatan (Akhadiah, 1991:6-8, Keraf,1994:111-112). Topik makalah harus dikuasai oleh penulisnya. Mustahil Anda dapat menulis makalah tentang topik yang tidak Anda kuasai. Mengapa? Makalah memerlukan pembahasan secara mendalam baik dari segi teori maupun praktik. Hal itu berarti mensyaratkan penguasaan teori maupun praktik oleh penulisnya. Jadi, jangan menulis makalah dengan topik yang tidak Anda kuasai. Pilihlah topik yang Anda kuasai.

Di samping itu, topik yang Anda pilih hendaknya juga menarik bagi Anda. Selaku penulis yangakan membahas topik tersebut Anda dipersyaratkan memiliki ketertarikan pada topik itu. Syukurlah jika topik itu berada pada bidang keahlian yang Anda minati selama ini. Jika Anda berniat di bidang jaringan, pilihlah topik di bidang jaringan. Demikianpun jika Anda berminat di bidang ICT, pilihlah topik di bidang ICT. Ketertarikan Anda terhadap topik akan membantu kelancaran penulisan makalah.

Syarat lain yang harus Anda pertimbangkan ialah ketersediaan bahan. Hal itu berarti Anda memiliki cuku bahan untuk menyelesaikan topik tersebut. Bahan itu berupa buku-buku, data, pengalaman, kliping dan sebagainya. Syarat itu biasanya berhubungan erat dengan kedua syarat sebelumnya. Kelazimannya, jika Anda menguasai dan tertarik pada topik tertentu, maka Anda pun akan memiliki bahan yang cukup di topik tersebut.

Pertimbangan lain dalam pemilihan topik ialah kemanfaatan, yaitu pembahasan topik itu memberikan sumbangan kepada ilmu dan profesi yang Anda tekuni.

2). Pembatasan Topik.

Biasanya topik yang Anda pilih masih tertalu luas. Artinya belum terfokus cakupannya. Oleh karena itu Anda perlu membatasinya. Pembatasan topik dapat dilakukan dengan diagram pohon atau diagram akar, dan diagram jam (Keraf,1991:112-113;Akhadiah,1991:8-9)

Cara pembatasan topik dengan diagram pohon atau akar mengikuti langkah langkah berikut. Tulislah topik terpilih di tengah atas kertas buram Anda. Inilah cabang 1! Rincilah di bawahnya hal-hal yang mungkin dibahas dalam topik itu. Inilah cabang 2! Selanjutnya, pilih salah satu dari rincian pada cabang dua itu yang akan menjadi fokus tulisan Anda. Pilihan fokus dapat didasarkan pada kriteria pemilihan topik pada pelatihan A1 atau juga ditambahkan syarat keaktualan. Pertanyakan kembali hal-hal apa saja dirincian yang terpilih pada cabang 2 itu yang dapat dituliskan. Tuliskanlah di bawahnya! Inilah cabang 3! Pilih kembali fokus tertentu dari hasil rincian pada cabang 3 terakhir. Rinci kembali pilihan itu dicabang 4! Begitu seterusnya sampai Anda berpendapat bahwa topik Anda sudah cukup terbatas. Yang ideal pembatasan topik dilakukan sambapi cabang 4 atau cabang 5.

3). Rumusan Judul.

Dari hasil pembatasan topik, barulah Anda merumuskan judul makalah Anda. Syarat rumusan judul makalah ialah sesuai dengan topik, singkat, bentuk frasa, dan lugas. Judul yang Anda rumuskan tidak menyimpang dari topik terpilih. Jika topik terpilih semula tentang A, rumusan judul juga tetap mengungkapkan topik A, bukan topik A plus, bukan A minus atau B, C, atau D. Jadi jika topik Anda semula tentang kosakata maka setelah menjadi judul berdasarkan hasil pembatasan topik haruslah tetap kosakata. Jika bukan itu pastilah rumusan judul Anda itu tidak benar.

Rumusan judul makalah harus diupayakan sesingkat-singkatnya. Pilihlah bentuk terpendek dari kemungkinan yang ada. Oleh karena itu hindarilah penggunaan kata yang tidak fungsional dalam judul. Jangan berpanjang-panjang sampai melebihi dua belas kata. Rumusan judul pun sebaiknya dalam bentuk frasa benda, buka frasa kerja, dan bukan kalimat. Mengapa demikian? Judul adalah topik yang terbatas dan topik adalah hal yang dibahas, sedangkan hal mengacu pada benda. Oleh karena itu rumusan yang sesuai adalah frasa atau gatra benda. Mengapa bukan kalimat? Judul bukanlah sintesis gagasan, atau simpulan tulisan, karena itu tidak dirumuskan dalam bentuk kalimat. Bentuk kalimat atau proposisi sudah mengungkapkan sintesis atau simpulan tertentu.

Judul makalah harus bermakna lugas, bukan kias. Mengapa demikian? Karya ilmiah termasuk makalah haruslah mengeksplisitkan gagasannya pada semua bagian tulisan. Gagasan, pendapat, contoh, bukti harus dinyatakan secara langsung, bukan secara tidak langsung atau implisit. Kata bermakna kias tidak mengeksplisitkan hal tersebut. Oleh karena itu, tidak sesuai untuk karya ilmiah. Di samping itu jangan menggunakan kata yang bermakna ganda, konotatif, tetapi gunakan yang bermakna denotatif.

Cara perumusan judul dilakukan dengan menggunakan unsur hasil pembatasan topik. Artinya gunakanlah kata-kata yang selalu Anda rinci atau batasi dalam pembatasan topik. Contoh ;

Dari hasil pembatasan topik Anda melakukan pembatasan atau rincian pada unsur atau kata “keluarga berencana”, “peranan”, “pengendalian pertumbuhan penduduk”, “penduduk desa”, dan “desa tertinggal”. Tentu saja rumusan judul makalah Anda tinggal merangkaikan unsur-unsur tersebut, dengan tetap berpegang pada syarat-syarat rumusan judul: sesuai topik, singkat, bentuk frasa, dan lugas.

4). Rumusan Tesis.

Tesis adalah pernyataan singkat intisari tulisan. Setelah berhasil merumuskan judul makalah, sebaiknya Anda merumuskan dulu tesisnya. Artinya dengan judul seperti yang terumuskan, gagasan-gagasan apa saja yang hendak Anda bahas dalam makalah Anda? Rumuskan dahulu itu semua. Rumusan itulah yang menjadi tesis makalah Anda.

Dalam keseluruhan proses penulisan, rumusan tesis itu berfungsi sebagai pengendali, pedoman pengembangan tulisan Anda. Itu berarti bahwa dalam langkah pengembangan (tahap penulisan) Anda tidak boleh menyimpang dari intisari tulisan. Gagasan yang dikembangkan dalam paragraf-paragraf makalah Anda bersumber dari gagasan-gagasan yang ada pada tesis. Demikian pun pada tahap revisi, tesis berguna untuk menilai atau mengevaluasi makalah Anda. Dari penilaian tersebut, Anda dapat melakukan perbaikan, penyuntingan. (isi, sistematika, bahasa) dengan berpedoman pada rumusan tesis.

Bagaimanakah merumuskan tesis makalah itu? Pertama, Anda harus melakukan langkah pengidentifikasian variabel dan masalah yang terkandung dalam rumusan judul makalah. Judul “Peranan Keluarga Berencana dalam Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Desa Tetinggal”, misalnya, Anda identifikasi memiliki tiga variabel yaitu a) keluarga berencana, b) pengendalian pertumbuhan penduduk, c) desa tertinggal. Selanjutnya identifikasilah masalah-masalah yang perlu dibahas dalam setiap variabel tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan seputar variabel-variabel tersebut.

Untuk variabel tersebut misalnya dapat diajukan pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah program kelauarga berencana itu?

2. Apa saja peranan keluarga berencana itu?

3. Apakah pertumbuhan penduduk itu?

4. Bagaimanakah pengendalian pertumbuhan penduduk itu?

5. Apakah indikator desa tertinggal itu?

6. Mengapa keluarga berencana dapat mengendalikan pertumbuhan penduduk?

7. Bagaimana keluarga berencana dapat berperan mengendalikan pertumbuhan penduduk desa tertinggal?

Kedua, Anda mengidentifikasi berbagai kemungkinan jawaban atas pertanyaan atau masalah tersebut. Di langkah inilah bagaimana pandangan, pendapat, pengetahuan, Anda dapat digunakan untuk menjawab masalah tersebut.

Ketiga, setelah seluruh pertanyaan ditentukan jawabannya, tinggallah Anda merumuskan tesisnya dengan cara merangkaikan seluruh jawaban tersebut dalam satu paragraf yang runtut dn padu. Rumusan tesis untuk judul makalah “Peranan Keluarga Berencana dalam Pengendalian Pertunbuhan Penduduk Desa Tertinggal”, misalnya adalah sebagai berikut :

Keluarga Berencana adalah program yang meliputi penundaan usia nikah, penggunaan kontrasepsi, dan perencanaan jumlah anak. Program tersebut dapat berperan mengatur jarak kelahiran, dan membatasi jumlah kelahiran. Sehingga penambahan jumlah penduduk pada suatu wilayah yang sebagaian besar berpencaharian agraris dapat diatur dan disesuaikan dengan pendapatan per kapita penduduk wilayah itu yang di bawah batas minimum. Oleh karena itu, program keluarga berencana dalam tulisan ini mencakup juga persoalan perencanaan peningkatan pendapatan per kapita penduduk, bukan sekadar pembatasan anak dalam jumlah tertentu (misal 2 ) dalam satu keluarga.

5). Penyusunan Kerangka

Langkah berikutnya setelah perumusan tesis adalah penyusunan kerangka atau outline. Pada hakikatnya kerangka karangan adalah perincian dan pengaturan gagasan-gagsan yang akan dikembangkan dalam kerangka berdasarkan hasil rumusan tesis. Berdasarkan detail rincian yang dibuat, kerangka karangan dapat dibedakan menjadi kerangka karangan nonformal merinci gagasan secara sederhana dan kasar atau global, sedangkan kerangka karangan formal merinci gagasan secara rumit dan detail sampai sekecil-kecilnya.

Untuk apa kerangka karangan itu dibuat? Kerangka karangan dibuat untuk mengevaluasi keterincian dan keteraturan gagasan-gagasan yang akan dikembangkan. Dengan kata lain lewat kerangka karangan dapat dilihat apakah tesis sudah dirinci secara maksimal dan rinciannya telah diatur dengan urutan tertentu yang dikehendaki atau belum. Demikian sterusnya apakah gagasan bawahan sudah dirinci secara maksimal dan diatur secara berurutan.

Di samping itu kerangka karangan berguna juga untuk menghindari penggarapan sebuah gagasan secara berulang. Lewat kerangka karangan dapat dievaluasi ada tidaknya sebuah gagasan yang berulang atau pun bertumpang tindih. Pengulangan dan penumpangtindihan gagasan dalam makalah sebaiknya dihindari agar tidak terjadi kejenuhan atau bahkan bertentangan uraian atas gagasan yang sam pada satu makalah. Hal-hal seperti itu sudah dapat diantisipasi dalam kerangka karangan.

Tentu saja kerangka karangan juga dapat digunakan untuk kisi-kisi pencarian data, fakta yang diperlukan untuk pengembangan karangan. Dengan melihat rincian gagasan dalam kerangka karangan, penulis dapat menentukan data atau fakta tambahan yang diperlukan untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya.

Bagaimanakah proses perancangan kerangka karangan itu? Pertama inventarisasi gagasan dari rumusan tesis. Gagasan mana saja dari rumusan tesis itu yang nanti perlu dikembangkan lenih lanjut dalam karangan? Catatlah sebanyak-banyaknya tanpa harus dievaluasi lebih dahulu.

Cobalah diperhatikan contoh penerapan langkah tersebut atas dasar contoh rumusan tesis, pada subbagian 4 di muka? Kalimat pertama tesis itu berbunyi “Keluarga Berencana adalah Program yang meliputi penundaan usia nikah, penggunaan kontrasepsi, dan perencanaan jumlah anak”. Dalam rumusan itu Anda dapat menginventarisasi gagasan-gagasan terdiri atas 1. keluarga berencana, 2. penundaan usia nikah 3. penggunaan kontrasepsi, 4. perencanaan jumlah anak. Lakukanlah proses yang sama pada kalimat lain dalam rumusan tesis tersebut sehingga semua gagasan berhasil diinventarisasi!

Langkah kedua ialah klasifikasi gagasan. Pada langkah ini semua gagasan yang dicatat dari hasil rumusan tesis dikelompok-kelompokkan : apakah ada dua topik atau lebih yang dapat dikelompokkan dalam klasifikasi tertentu. Bagaimanakah kedudukan gagasan yang satu dengan yang lain, adakah gagasan itu sederajat atau sebagai subordinasi gagasan lain. Buatlah rumusan gagasan yang mencakup gagasan-gagasan bawahannya dalam klasifikasi itu!

Keempat gagasan keluarga berencana, penundaan usia nikah, penggunan kontrasepsi dan perencanaan jumlah anak tadi misalnya dapat diklasifikasi menjadi dua 1. pengertian keluarga berencana, dan 2. macam-macam program keluarga berencana yang bergagasan bawahan penundaan usia nikah, penggunaan kontrasepsi, dan perencanaan jumlah anak. Jika dituliskan dalam urutan ke bawah tampak sebagai berikut:

Pengertian keluarga Berencana

Macam-macam Keluarga Berencana

a. Penundaan Usia Nikah

b. Penggunaan Kontrasepsi

c. Perencanaan Jumlah Anak

Lakukan proses serupa untuk semua gagasan yang telah diinventarisasi dari rumusan judul. Hasil akhir langkah kedua tersebut adalah sebuah kerangka karangan nonformal yaitu perincian dan pengaturan gagasan secara sederhana dan ksar atau global.

Apabila dikehendaki kerangka karangan formal yang merinci dan mengatur gagasan lebih rumit dan detail lanjutkan ke langkah ketiga, elaborasi gagasan dalam klasifikasi. Catatlah kemungkinan-kemungkinan gagasan bawahan yang diperlukan untuk mengembangkan gagasan pada klasifikasi tersebut.

Sebagai contoh adalah gagasan “Pengertian Keluarga Berencana”. Untuk pengembangan gagasan tersebut diperlukan penjelasan dari segi medis, segi demografis, segi sosiologis, dan segi politis. Oleh karena itu pada klasifikasi gagasan tersebut munculah rincian gagasan bawahan sebagai berikut.

Pengertian Keluarga Berencana

a. Dari segi medis

b. Dari segi demografis

c. Dari segi sosiologis

d. Dari segi politis

Lakukanlah proses serupa untuk semua gagasan yang telah berada dalam klasifikasi., bahkan juga untuk gagasan bawahan dalam klasifikasi. Dengan cara tersebut akan diperoleh kerangka karangan formal yang merinci dan mengatur gagasan secara rumit dan detail. Amatilah contoh berikut ini!

Pengertian Keluarga Berencana

a Dari segi medis

b Dari segi demografis

c Dari segi sosiologis

d. Dari segi politis

Macam-macam Program Keluarga Berencana

a. Penundaan Usia Nikah

1). Pengembangan Hobi

a). Sekadar Hiburan

b) Ke arah Profesional

c). Ke arah amatiran

2). Pengambangan Karier

a). Studi lanjut

b). Peningkatan Prestasi Kerja

c). Pengembangan Usaha

b. Penggunaan Kontrasepsi

1). Macam Kontrasepsi

a). IUD

b). Pil

c). Kondom

d). Susuk

2). Cara penggunaan dan efek samping

b.Tahap Penulisan

1). Pengembangan gagasan dalam paragraf.

Substansi kegiatan tahap penulisan adalah pengembangan gagasan ke dalam paragraf. Jika kebetulan kerangka karangan yang disiapkan termasuk kerangka karangan formal, yang berarti gagasan itu telah sampai rincian detail, maka setiap nomor rincian dalam kerangka itu adalah satu gagasan pokok. Mulailah menulis dari gagasan pokok pertama sesuai urutan dalam kerangka karangan. Nyatakanlah gagasan pokok itu dalam kalimat utama. Tentukan apakah Anda akan menggunakan pola deduksi atau induksi atau kombinasi keduanya , sehingga jelas penempatan kalimat utamanya. Di awal, di akhir atau diawal dan diakhir paragraf. Dukunglah kalimat utama itu dengan kalimat-kalimat penjelas.

Ihwal pengembangan paragraf ini pasti Anda telah menguasainya. Sekadar mengingatkan Anda saja bahwa Anda dapat mengembangkan gagasan pokok dalam paragraf dengan teknik penyajian contoh /bukti, komparasi persamaan atau perbedaan, kausal sebab – akibat atau akibat sebab, logis prosedural atau temporal atau spasial, definisi klimaks atau anti klimaks. Variasikanlah jenis paragrafnya, teknik pengembangannya dan kalimat-kalimatnya.

Berpindahnya dari gagasan pokok yang satu ke gagasan pokok yang lain. Begitu seterusnya, sehingga seluruh gagasan dalam kerangka karangan selesai dikembangkan dalam paragraf. Secara demikian berarti Anda telah menyelesaikan buram makalah Anda. Jika Anda mengalami kesulitan dalam pengembangan salah satu gagasan pokok, lewatilah dulu gagasan pokok tersebut. Langkah itu perlu Anda lakukan supaya Anda tidak terlanjur macet menulis pada gagasan tersebut. Sekali lagi, melajulah ke gagasan pokok yang mudah dulu, setelah itu dapat kembali ke yang sulit. Pun Anda sudah memiliki kerangka karangannya bukan? Sebagai buram, hasil proses ini masih memerlukan perbaikan atau penyempurnaan lebih lanjut.

2). Pengolahan Kutipan

Dalam penulisan makalah yang berintikan pengembangan gagasan dalam paragraf-paragraf tersebut tidak jarang digunakan pendapat, gagasan, data yang telah dikemukakan oleh orang lain baik dalam buku atau pun penerbitan lain (majalah, jurnal, koran) Penggunaan kutipan itu dimaksudkan sebagai penegasan, pembuktian atau pembandingan pendapat. Secara jujur penulis makalah harus mempertanggungjawabkan kutipan itu. Secara lebih rinci teknik pengutipan akan Anda pelajarai pada bagian lain. Pada bagian ini lebih akan difokuskan pada penanganan atau pengolahan kutipan sebagai bagian karya ilmiah Anda.

Pertama Anda dapat melakukan pengutipan secara langsung atau tak langsung. Kutipan langsung berarti peminjaman pendapat, gagasan, data, secara lengkap dan utuh seperti dalam sumber aslinya. Akan tetapi jika peminjaman pendapat, gagasan data itu diintisarikan dan dirumuskan berbeda dengan sumber aslinya disebut kutipan tak langsung (Keraf, 1994:179-180)

Kutipan langsung yang tidak melebihi empat baris ketikan dapat diintegrasikan dalam teks dengan diapit oleh tanda kutip.(“....”). Oleh karena itu, spasi baris-baris kutipan tersebut tetap sama dengan spasi baris-baris teks. Diakhir kutipan disertakan pertanggungjawabannya berupa nama pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat didapati kutipan tersebut.

Kutipan langsung yang melebihi empat baris ketikan dipisahkan dari teks dengan menggunakan spasi rapat, sehingga tampak berbeda dengan teks nya. Di samping tetap digunakan tanda kutip (“....”), pengetikannya berindensi 4 karakter masuk dari awal alinea. Kutipan yang terakhir ini dimulai 7 karakter masuk dari margin kiri. Akhir kutipan disertakan pertanggungjawabannya.

Perhatikan contoh berikut!

“Filsafat bahasa ialah teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filsuf, sementara mereka itu dalam perjalanan memahami pengetahuan konseptual. Filsafat bahasa ialah usaha para filsuf memahami conceptual knoledge melalui pemahaman terhadap bahasa.” (Poedjosoedarmo, 2001:2)

Kutipan tak langsung dituliskan dengan cara pengintegrasian dalam teks dengan jarak baris sesuai baris teks. Dan tidak perlu diapit tanda kutip. Pertanggungjawaban kutipan dapat ditempatkan di tengah atau diakhir kutipan. Contoh :

Apakah filsafat bahasa itu? Poedjosoedarmo berpendapat bahwa filsafat bahasa adalah teori tentang bahasa yang dirumuskan filsuf pada saat mereka memahami pengetahuan konseptual. (Poedjosoedarmo,2001:2)

Atau

Apakah filsafat bahasa itu? Poedjosoedarmo (2001:2) berpendapat bahwa filsafat bahasa adalah teori tentang bahasa yang dirumuskan filsuf pada saat mereka memahami pengetahuan konseptual.

Kedua agar kutipan tersebut menjadi kesatuan makalah atau karya ilmiah Anda, Anda perlu menginterpretasikannya. Hal itu berarti Anda harus menunjukkan pemahaman Anda atas kutipan tersebut. Sungguhkah Anda memahami, mengerti isi kutipan itu? Singkat kata seharusnya Anda menafsirkan kutipan itu, dan bukan sekadar mengumpulkannay dari sana sini sehingga menjadi serupa kliping atau guntingan.

Itu saja belum cukup. Selanjutnya ketiga, perlu ditunjukkan relevansinya dengan gagasan yang sedang Anda kembangkan. Dengan demikian, kutipan dalam kesatuannya dengan makalah Anda jelas fungsinya. : sebagai penegas, penjelas, pembanding, pemerluas, atau pendukung bukti. Dapat terjadi, Anda memahami isi kutipan, tetapi jika tidak ada relevansinya dengan masalah makalah Anda untuk apa itu dikutip. Tidak fungsional bukan? Oleh karena itu, tanggalkan saja kutipan yang tidak dapat ditunjukkan relevansinya dengan masalah pada makalah Anda.

Akhirnya keempat, kutipan yang telah diinterpretasikan, direlevansikan harus diinferensikan atau disimpulkan. Dalam konteks masalah makalah Anda, apa simpulan Anda atas isi kutipan itu? Hal itu perlu dilakukan sebagai perwujudan pandangan, pendapat, bahkan sikap Anda atas masalah tertentu. Pada bagian inferensi inilah, justru menampakkan orisinalitas pemikiran Anda.

c. Tahap Revisi atau Perbaikan

Biasanya hasil pengembangan gagasan pada tahap penulisan belum sempurna benar. Jarang ada penulis yang menyelesaikan tulisannya sekali jadi. Kekurangan, ketidaksempurnaan, baik pada pengembangan isi, penggunaan bahasa, (tanda baca, pilihan kata, penyusunan kalimat), maupun sistematika atau pengoganisasian gagasan pastilah ada.

Anggaplah bahwa hasil penulisan tahap tersebut masih berupa buram. Oleh karena itu perlu dibaca ulang untuk ditemukan kekurangan-kekurangannya, dan kemudian dilakukan pembetulan atas kekurangan atau kesalahan tersebut. Tahap tersebut disebut tahap revisi atau perbaikan. Istilah lain adalah penyuntingan.

Apa yang perlu diperbaiki atau disunting? Pertama perbaikan itu terarah pada isi. Apakah isi tulisan tersebut sudah sesuai dengan judul dan rumusan tesis pada awal menulis makalah? Yang kurang ditambahi, yang lebih ditinggalkan. Lebih maksudnya terlalu luas, terlalu menyimpang/ keluar dari judul dan tesis. Adakah gagasan yang saling bertentangan? Jika ada, selaraskanlah!

Perbaikan itu terarah juga – kedua – pada sistematika atau urutan. Manakah di antara gagasan itu yang perlu digeser penempatannya untuk memperoleh efektivitas? Apakah urutan itu tidak menjemukan? Jika belum atau tidak efektif ubahlah sistematikanya! Jelaskan pengubahan itu dapat Anda lakukan dengan memindah-pindahkan atau menukar-tukarkan posisi paragrafnya.

Ketiga, perbaikan itu terpumpun pada bahasa. Adakah kesalahan atau kekhilafan dalam penggunaan tanda baca atau pungtuasi? Adakah ketidaktepatan pemilihan kata, pembentukan kata? Adakah kalimat yang tidak efektif yaitu tidak tepat sasaran karena rumusannya tidak benar? Apakah kalimat-kalimat penjelas mendukung gagasan pokok peragraf tersebut? Jika ada perbaikilah dulu sebelum orang lain membacanya.Dengan kemajuan teknologi (komputer) semua itu dapat langsung Anda lakukan di komuter.

3. Sistematika dan Isi

Sistematika makalah kelazimannya tersusun atas (1) pendhuluan, (2) permasalahan, (3) pembahasan, dan (4) penyimpulan. Ada juga yang memasukkan permasalahan sebagai bagian dari pendahuluan , sehingga sistematika makalah hanyalah terdiri atas pendahuluan, pembahasan dan penyimpulan. Dari bagian bagian tersebut, pembahasan merupakan inti makalah Anda.

Pendahuluan merupakan bagian makalah yang berisi latar belakang atau alasan-alasan pemilihan topik bahasan. Pada bagian ini penulis mempertanggungjawabkan mengapa dipilih masalah tersebut, apa yang melatarbelakanginya. Tujuan bagian ini meyakinkan pembaca bahwa masalah tersebut penting untuk dikaji. Di samping itu dapat juga diungkapkan tujuan penulisannya : apa yang hendak dicapai oleh tulisan tersebut. Kadang-kadang dapat ditambahkan juga garis mesar isi makalah dan urutan pembahasannya.

Bagian berikut ialah permasalahan. Bagian ini berisi pertanyaan-pertanyaan atau persoalan-persoalan yang akan dibahasnya. Tidak selamanya berupa rumusan pertanyaan, dapat juga permasalahan diungkapkan dalam pernyataan. Termasuk pada bagian ini adalah mengemukakan ruang lingkup pembahasan jika diperlukannya. Dalam kesatuannya dengan seluruh bagian makalah, kelazimannya permasalahan ini berpayung dalam bagian pendahuluan. Jadi keberadaannya menyatu dengan bagian pendahuluan, tepatnya di bagian akhir bagian pendahuluan makalah.

Bagian pembahasan berisi perbincangan masalah dengan menggunakan data, fakta, dan atau terori tertentu. Semua masalah yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya, satu persatu didiskusikan. Dalam makalah deduktif, pembahasan atau pendiskusian dimulai dengan penyajian teori yang relevan dilanjutkan dengan penyajian data, fakta yang mendukung teori tersebut. Tentu saja sebagai penyajian teori, Anda tidak sekadar mengutipnya. Ingatlah apa yang telah Anda pelajari pada bagian pengutipan! Teori-teori itu perlu diinterpretasi, direlevansi dan diinferensi.

Pada interpretasi dan relevansi, Anda dapat sekaligus menyajikan fakta, data yang Anda miliki. Maksudnya, dalam makalah deduktif teori yang Anda gunakan langsung dapat diterapkan pada bagian pembahasan ini terpadu dengan interpretasi dan relevansi teori. Memang Anda pun dapat melakukannya secara terpisah. Yaitu setelah seluruh tahap penyajian teori selesai, Anda lakukan sampai pada inferensi, barulah Anda menggunakannya untuk menelaah fakta, data yang Anda majukan.

Lain halnya dengan makalah induktif. Dalam makalah induktif jawaban pemecahan masalah berdasarkan hasil pengamatan empiris, dimulai dari penyajian fakta, data, dan diikuti dengan penarikan simpulan. Selanjutnya simpulan tersebut dapat dikaji dari teori tertentu sebagai perbandingan dan pemerjelas hasil pengamatan. Pada makalah hasil berpikir induktif, pengintegrasian langsung teori yang digunakan dengan fakta empiris yang disajikan tampaknya lebih tepat. Artinya seletah Anda menyajikan data atau fakta empiris, langsung dihubungkan dengan teori yang digunakan. Bagaimana dalam makalah induktif teori itu diinterpretasi dan dinverensi? Oleh sebab sajian fakta dan data sudah dilakukan terlebih dahulu, interpretasi dan relevansi teori langsung terfokus pada data atau fakta yang tersaji. Dengan kata lain interpretasi dan relevansi teori pada makalah induktif dapat diumpamakan sebagai penyorotan fakta atau data tersebut dengan sinar laser. Teori menjadi pencerahan data dan fakta yang telah tersaji.

Setelah semua permasalahan dibahas satu persatu dalam bagian pembahasan, makalah diakhiri dengan penyimpulan Bagian menyimpulan berisi jawaban atau simpulan masalah yang diajukan. Simpulan hendaknya sesuai dengan proposisi-proposisi yang telah ditemukan pada bagian pembahasan. Pada bagian pembahasan sesungguhnya Anda telah memiliki simpulan-simpulan kecil. Itulah yang dimaksud proposisi dalam hal ini. Atas dasar proposisi tersebut, dirumuskanlah simpulannya. Akan tetapi harus diingat bahwa yang namanya simpulan bukan mengulang lagi yang sudah dikemukakan pada bagian sebelumnya. Jika pengulangan itu yang Anda lakukan, maka itu namanya resume atau rangkuman. Simpulan berbeda dengan rangkuman, bukan?

Untuk itu Anda dapat membuat simpulan dengan teknik konklusi, atau dengan teknik silogi. Penyimpulan dengan konklusi berarti Anda melakukan penarikan proposisi baru langsung dari proposisi lama. Jadi satu proposisi lama menjadi dasar penarikan proposisi baru sebagai simpulannya. Contoh :

Proposisi lama : Semua A adalah B

Proposisi baru : Jadi (1) antara A dan B memiliki persamaan. Atau (2) A merupakan bagian dari B

Penyimpulan dengan silogi berarti Anda melakukan penarikan proposisi baru berdasarkan beberapa proposisi lama yang tersusun terlebih dahulu. Jadi simpulan tidak ditarik langsung dari sebuah proposisi lama tertapi perlu ada dua atau lebih proposisi sebagai dasar penyimpulan. Itulah sebabnya dikenal ada silogi kategoris, entimema, epikheirema, sorites, dan polisilogisme. Macam silogi itu ditentukan oleh jumlah dan susunan proposisi dasar sebagai pijakan pengambilan simpulan. Contoh :

Proposisi lama : Semua A adalah B

Semua B adalah C

Proposisi baru : Jadi semua A adalah C

Setelah penarikan simpulan, pada bagian ini dapat juga ditambahkan atau diikuti saran atau anjungan (rekomendasi). Hendaklah hanya diajukan saran atau anjungan yang relevan dengan pokok masalah makalah Anda. Lebih baik tidak perlu dicantumkan saran daripada saran tersebut tidak bergayut dengan pokok masalahnya. Singkatnya saran tidak boleh keluar dari pokok masalah makalah Anda.

Hal yang juga tidak boleh dilupakan dalam makalah adalah penyertaan atau pencantuman daftar acuan. Daftar acuan memuat pustaka-pustaka yang diacu dalam makalah Anda. Sekali lagi, yang dicantumkan hanyalah pustaka yang diacu. Teknik penyusunan daftar acuan akan Anda pelajari pada bagaian lain bahan pelatihan ini.

4. Penilaian Makalah

Makalah yang selesai ditulis perlu dinilai kualitasnya. Bagaimanakah mutu makalah itu? Apakah makalah itu bermutu atau tidak? Penilaian makalah dapat didasarkan pada lia kriteria : kesesuaian judul dan isi, ketajaman perumusan masalah, kebenaran pembahasan, ketepatan simpulan, dan kebenaran tata tulisnya. Ketebalan makalah, kepangkatan dan gelar penulis, misalnya, tidak dapat dijadikan sebagai kriteria penilaian makalah.

Judul makalah dan isi makalah haruslah sesuai. Apa yang terumuskan dalam judul dibahas dalam isi makalah. Isi makalah seharusnya membahas variabel-variabel yang terumuskan dalam judul. Jika terjadi ketidaksesuaian antara judul dan isi, hal itu mengindikasikan makalah tersebut kurang bermutu. Untuk itu, cocokkanlah kembali makalah Anda dengan kerangka karangan yang sudah dibuat sebelumnya. Langkah ini dapat dilakukan untuk menilai kesesuaian judul dengan isi makalah.

Ketajaman perumusan masalah dapat dilihat pada permasalahan – biasanya diakhir pendahuluan – dengan memperhatikan rumusan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Apakah pertanyaan-pertanyaan bergayut dengan judul? Apakah pertanyaan tersebut problematis artinya mengungkapkan persoalan yang memang patut dipecahkan? Apakah pertanyaan itu memungkinkan pengkajian secara ilmiah?

Apakah permasalahan itu dibahas secara tepat? Artinya apakah teori, fakta, data yang digunakan mendukung atau sesuai dengan masalah? Apakah pembahasan menawarkan alternatif-alternatif jawaban? Apakah setiap alternarif diuji kebenarannya? Apakah keterkaitan pembahasan masalah satu dengan lainnya? Logis dan rasionalkah pembahasannya? Sesuaikah penggunaan teori dan penyajian fakta data dengan pokok masalah makalah? Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk menilai makalah dari segi kebenaran pembahasannya.

Apakah simpulan merupakan sintetis dari pembahasan? Apakah simpulan merupakan alternatif teruji dan terbaik dari alternatif yang telah diajukan? Apakah simpulan ini tidak melenceng dari permasalahan? Apakah simpulan itu bukan merupakan pengulangan atau resume yang telah diajukan sebelumnya? Adakah kebaruan tesis dalam simpulan itu? Semua pertanyaan itu dapat diajukan untuk menilai kualitas makalah dalam ketepatan simpulan yang diambilnya.

Akhirnya hal-hal seperti pemaragrafan, penyusunan kalimat, pemilihan kata, penggunaan tanda baca dan ejaan perlu juga menjadi pertimbangan dalam penilaian makalah. Begitupun hal-hal teknis seperti pengutipan, penulisan catatan kaki, perwajahan patut juga dipertimbangkan. Apakah hal-hal yang berkaitan dengan tata tulis itu sudah dilakukan dengan benar?

5. Refleksi

Sampai bagian ini Anda telah berlatih menulis darai tahap demi tahap, sejak pemilihan topik makalah hingga penilaian makalah. Lebih dari itu jika pelatihan demi pelatihan dilakukan dengan bersungguh-sungguh Anda kini sudah menyelesaikan penulisan makalah itu. Cobalah sekarang Anda refleksikan : keterampilan apa sajakah yang telah Anda peroleh, dan manakah keterampilan yang belum Anda kuasai? Anda dapat kembali berlatih secara khusus pada aspek keterampilan yang belum terkuasai benar, sebelum Anda melanjutkan pelatihan penulisan karya ilmiah yang berikutnya. Perlu Anda ketahui, penulisan karya ilmiah yang berikutnya, secara esensial keterampilan dasarnya tidak berbeda dengan penulisan makalah. Yang berbeda sesungguhnya hanyalah pengorganisasian dan gaya penyajiannya. Oleh karena itu sekali lagi mantapkan lebih dahulu penguasaan aspek-aspek keterampilan penulisan makalah tersebut.

B. Penulisan Artikel Ilmiah Populer

Penulisan artikel nonpenelitian dapat berupa makalah, baik makalah hasil berpikir deduktif maupun hasil berpikir induktif. Pada bagian ini Anda akan berlatih menulis jenis karya ilmiah nonpenelitian yang karena kehasannya dalam penggarapan dan pemublikasiannya disebut sebagai artikel ilmiah populer. Oleh karena itu proses penulisannyapun tidak berbeda dengan proses penulisan makalah maupun artikel penelitian.

1. Hakikat Artikel Ilmiah Populer

Apakah arti ilmiah populer itu? Artikel ilmiah populer adalah salah satu jenis karya ilmiah yang membahas masalah aktual dengan proses penggarapan yang sesuai dengan proses berpikir ilmiah akan tetapi penyajian, khususnya pembahasannya menyesuaikan dengan khalayak (baca : populasi) pembaca umum.

Apakah artinya penyajian yang menyesuaikan dengan khalayak atau populasi pembaca umum? Anda harus menyadari bahwa media publikasi artikel ilmiah populer adalah media penerbitan umum, seperti harian atau koran. Dan mingguan atau majalah berita. Oleh karena itu karakteristik pembacanya pasti beragam : tingkat pendidikan, minat dan sebagainya. Nah ketika Anda menulis artikel ilmiah, Anda harus dapat menyajikan pokok-pokok pikiran Anda dalam tulisan tersebut untuk karakter pembaca yang demikian itu. Jelasnya, bebaskan dengan hal-hal teknis, istilah-istilah teknis yang dalam penulisan makalah atau artikel penelitian dapat Anda gunakan.

Pembahasan topik artikel ilmiah populer tetap saja memperhatikan kaidah-kaidah berpikir ilmiah seperti telah dikemukakan terlebih dahulu. Cara penyajiannyalah yang harus dapat diikuti atau dicerna oleh sebanyak-banyaknya pembaca media massa cetak yang bersangkutan. Jadi walaupun sudut pandang pembahasan dari spesifikasi tertentu, cara penyajiannya harus populer (dapat diikuti oleh publik sebanyak-banyaknya). Dengan demikian penyajian dalam artikel ilmiah populer tidak terkotak pada disiplin ilmu tertentu.

Demikianpun penggunaan bahasanya dalam pemilihan kata, misalnya harus mengutamakan kata-kata umum daripada kata-kata khusus, harus mengutamakan kata-kata populer daripada kata-kata kajian. Kata penduduk lebih cocok digunakan dalam artikel ilmiah populer daripada kata-kata populasi. Demikian kata arang harus diutamakan daripada kata karbon.

2. Proses penulisan

a. Pemilihan Topik

Cobalah Anda mengambil Harian yang terbit hari ini! Bukalah halaman opini, yaitu halaman yang dikhususkan bagi tulisan-tulisan penggagasan. Biasanya pada halaman itu ada tajuk rencana, atau tulisan sejenis yang memuat pandangan redaktur atas masalah aktual juga. Cermatilah judul-judul tulisan yang ada di halaman itu. Topik apakah yang tersurat dalam judul tersebut. Hubungkanlah topik tersebut dengan topik berita utama di halaman 1. atau berita utama pada terbitan sehari sebelumnya, atau peristiwa tertentu esok hari. Apa simpulan Anda/

Topik artikel ilmiah populer sebagaimana Anda temukan dalam terbitan tersebut adalah masalah yang sedang hangat terjadi. Ya memang topik ilmiah populer dipilih atas keaktualan atau kehangatan masalah. Sebagai contoh pada bulan Oktober khususnya mendekati 28 Oktober topik sumpah pemuda, kebangsaan, kebahasaan termasuk aktual sebagai topik artikel Anda. Atau pada bulan-bulan Juni s.d Juli akan aktual jika Anda memilih topik berkaitan dengan penentuan pilihan sekolah, karena masa-masa itu masyarakat sedang berada dalam kebingungan memilih sekolah bagi anak-anaknya.

Contoh lain pada bulan April, khusus mendekati 21 April, tulislah artikel ilmiah populer di seputar peranan wanita, pemberdayaan perempuan atau emansipasi wanita. Pada bulan Mei pilihlah topik berkaitan dengan pendidikan kebangsaan atau nasionalisme. Pada bulan Juli pilihlah topik perkoperasian, kepolisian, atau pada bukan Agustus berkisar pada topik kemerdekaan. Itulah keaktualan yang disesuaikan dengan momentum tertentu.

Akan tetapi yang lebih bagus lagi jika keaktualan itu didasarkan pada peristiwa, kejadian pemberitaan pada hari itu. Pertanyaannya barang kali dapatkah periatiwa aktual hari itu segera dibuatkan artikelnya untuk pemuatan edisi esok hari? Tentu saja dapat. Anda dapat segera menulisnya dan mengirimkan lewat e-mail atau lewat faksimile. Tidak perlu waktu lama bukan? Itulah kecanggihan teknologi yang dapat Anda manfaatkan.

Cobalah sekarang Anda menentukan topik berdasarkan peristiwa pada hari ini. Topik apakah yang aktual? Di samping aktual topik yang Anda pilih hendaklah topik yang Anda kuasai. Penguasaan topik artikel ilmiah populer dapat secara empirisyaitu karena Anda mempunyai pengalaman akan hal tersebut. Atau dapat juga penguasaan secara teoritis yaitu karena topik itu sesuai dengan keahlian Anda.

b. Perumusan Judul dan Teras Artikel Ilmiah Populer.

Setelah Anda memiliki topik artikel ilmiah populer, langkah berikutnya adalah perumusan judul dan teras artikel. Judul artikel ilmiah populer di samping harus diusahakan singkat dan padat sebagaimana judul karya ilmiah lainnya, ada syarat lain yang perlu Anda perhatikan yaitu berdaya pikat. Artinya judul artikel ilmiah populer Anda harus dapat menarik perhatian pembaca bukan sekadar karena topiknya melainkan karena rumusannya. Untuk itu rumusan judul artikel ilmiah populer dapat juga bersifat populis atau mengikuti kecenderungan pola penggunaan bahasa masyarakat umum. Keanehan juga dapat menarik perhatian orang. Oleh karena itu judul artikel ilmiah populer juga dapat dirumuskan secara aneh tersebut. Pasti yang menimbulkan rasa ingin tahu pun dapat menarik pembaca, sehingga Anda pun dapat merumuskan judul yang merangsang keingintahuan pembaca. Sebagai contoh Anda akan menulis artikel ilmiah populer dengan topik bahasa Indonesia karena kebetulan bersamaan dengan peringatan bahasa pada Oktober tahun ini. Sesuai dengan penggagasan yang akan Anda kemukakan dalam tulisan Anda, yaitu mempermasalahkan keaslian atau keasingan bahasa Indonesia bagi penuturnya dalam perkembangannya sampai sekarang. Anda dapat merumuskan judul seperti (1), ataui (2) , atau (3) berikut. Judul (1) mengikuti kecenderungan masyarakat dengan pola tanyaan judul film : “Ada Apa dengan Cinta?” Sedangkan judul (2) di samping merangsang keingintahuan atau stimulatif dapat juga dipilih judul (3) karen keanehan rumusannya sebagai berikut :

(1) Ada Apa dengan Bahasa Indonesia?

(2) Bahasa Indonesia: Asli atau Asing

(3) Asli = Asing

Sesuai dengan judul terpilih, langkah berikut adalah merumuskan teras artikel Anda. Teras atau (lead) artikel adalah rumusan intisari artikel sesuai dengan rumusan judulnya. Teras identik dengan Tesis pada makalah, atau abstrak pada artikel penelitian. Dengan demikian teras juga hanya memuat pokok-pokok pikiran artikel dan terumuskan paling panjang satu paragraf. Contoh : Judul Bahasa Indonesia : Asli atau Asing?

Sejak dibaptis sebagai bahasa nasional, pada tahun ini bahasa Indonesia berusia tiga perempat abad lebih. Dalam perkembangannya itu, ternyata bahasa Indonesia menjadi asing bagi para penuturnya karena kosakata asli bahasa Indonesia yang diupayakan hidup kembali, malah terasa asing bagi kebanyakan penuturnya. Bahasa Indonesia berada dalam dilema asli atau asing?

Oleh redaktur penerbitan, teras akan ditempatkan khusus dalam kesatuannya dengan pengatakan (layout) keseluruhan artikel. Ada penerbitan yang menempatkan teras pada paragraf pertama di bawah judul dengan ukuran huruf yang lebih besar dari huruf isi tulisan. Ada pula penerbitan yang meletakkan teras dalam bok tertentu di tengah kolom, sesuai gaya artistik selingkung media penerbitan tersebut. Cobalah Anda amati koran yang Anda miliki. Di manakah letak teras artikel ilmiah koran tersebut? Bandingkanlah dengan koran yang lain. Samakah atau berbeda? Apa perbedaannya?

c. Pengembangan Isi Artikel Ilmiah Populer

Berdasarkan rumusan teras yang telah Anda buat pada pelatihan C2 sebelum Anda mengembangkan isi artikel ilmiah populer Anda, Anda dapat mengidentifikasi pokok-pokok pikiran yang ada dalam teras tersebut. Hasil identifikasi itu kemudian Anda rancang dalam kerangka tulisan. Selanjutnya atas dasar kerangka tersebut Anda mulai mengembangkan isi artikel ilmiah populer Anda.

Yang perlu Anda ingat dalam pengembangan isi adalah penyajian Anda janganlah terlalu teknis akademis. Hindari penggunaan istilah teknis pada bidang ilmu tertentu. Dan gunakan istilah yang sudah dikenal masyarakat umum. Begitupun hindarilah penggunaan kalimat-kalimat panjang karena kalimat jenis ini akan menyulitkan pemahaman pembaca. Meski demikian tidak berarti semua kalimatnya harus pendek-pendek. Jelasnya variasikanlah penggunaan kalimatnya sehingga tulisan Anda menjadi enak dibaca.

Panjang artikel ilmiah populer cukuplah antara dua puluh sampai dengan tiga puluh paragraf. Jangan terlampau panjang bahkan dapat kurang dari dua puluh paragraf, misalnya enam belas paragraf. Itu juag bergantung panjang pendeknya paragraf Anda. Jadi jika Anda menaati ketentuan bahwa satu paragraf satu gagasan pokok sesungguhnya dengan hanya sekitar enam belas atau dua puluh gagasan pokok Anda sudah dapat menulis artikel ilmiah populer. Jika ditulis dengan spasi ganda maka artikel ilmiah populer berkisar antara empat sampai dengan enam halaman kertas A 4

Seperti biasa, sebelum Anda kirimkan ke media penerbitan tertentu bacalah ulang tulisan Anda! Suntinglah bagian-bagian yang Anda rasa masih kurang : bagaimana kesesuaian judul dengan isi, pembahasannya, Sudahkah sesuai dengan esensi artikel ilmiah populer? Tanggalkanlah yang tidak sesuai atau tambahkan jika ada yang kurang.

3. Sistematika Artikel Ilmiah Populer

Agak sulit menemukan sistematika artikel ilmiah populer sebab kepopulerannya itu menjadikan karya ilmiah ini memiliki keragaman sistematika. Antara penulis yang satu dengan yang lain dapat juga menetapkan sistematika sesuai dengan gaya selingkung penerbitan tersebut. Akan tetapi bagian-bagian yang lazim ada dalam artikel ilmiah populer adalah teras dan isi. Bagian pendahuluan dan simpulan yang lazim ada pada jenis karya ilmiah yang lain, pada artikel ilmiah populer belum tentu ada atau belum tentu digunakan oleh penulis tertentu. Andaikata bagian itu ada atau digunakan pastilah juga akan dicari cara penyajian populis atau stimulatif.

Mengapa hal itu dapat terjadi? Artikel ilmiah populer sesuai juga dengan media pemublikasiannya tidak dikehendaki tersaji secara bertele-tele. Singkat,padat, berisi, dan tentu saja tidak teknis akademis. Penyajian yang bertele-tele teknis akademis tidak akan disukai oleh pembaca yang notabene beragam latar belakangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Baca

Pengikut